JADWAL MAJLIS

PEMBACAAN QOSIDAH BURDAH DITUTUP DENGAN MAU'IDZOH HASANAH OLEH PARA ULAMA DAN HABAIB SETIAP MALAM AHAD PAHING BA'DAL ISYA DI HALAMAN PONPES DARUSSALAM

JADWAL MAJLIS

PEMBACAAN KITAB AL-MAWA'IDZ DAN BUHGYATULMUSTAFID DI AULA PONPES DARUSSALAM SETIAP HARI SENIN JAM 09.30 WAKTU DLUHA BERSAMA SYAIKH SOLEH BASALAMAH

PROFIL


 SANG GURU BESAR AL-ALLAMAH ASSYAIKH ALI BIN AHMAD BIN ABUBAKAR BASALAMH
(KITAB KUNING BERJALAN)


Guru kita As-syeikh Ali harus kita jadikan suri tauladan sebab kedudukannya agung, hatinya bercahaya dan sangat mencintai Rasululah SAW. Ditempat tinggalnya lisan beliau tidak pernah putus selalu membaca sholawat kepada Rasululah SAW, membaca dzikir dan tasbih sampai - sampai ditoko sembari melayani pembeli pun tidak lepas dari membaca sholawat.
Guru kita As-syeikh Ali lahir pada hari Jum’at di kota Ketanggungan Timur Kabupaten Brebes tahun 1323 H. / 1954 M. beliau mulai mencari ilmu untuk kali pertama berguru kepada seorang wali agung Assyeikh Al Qutub Al - Kabir Al Arif billah Al Allamah   Al Habib Ahmad Bin ABdillah Bin Tholib Al Athos pekalongan disana Syeikh Ali sangat rajin dan semangat mencari ilmu.

 Seusai belajar di Pekalongan ayahanda beliau kembali memberangkatkan ke Negara Hajren dan beliau belajar disana selama delapan bulan kemudian pindah  ke Tarim, di Tarim juga beliau sangat tekun mencari ilmu sampai beliau berhasil menguasai berbagai macam disiplin ilmu yang bermanfaat, seperti ilmu fiqih, Tafsir, Hadits, Nahwu Shorof dan lain - lain.
Sayikh Ali Basalamah belajar di Tarim selama kurang lebih tujuh tahun, setelah itu beliau kembali pulang dan tinggal di kota Tegal, beliau tiggal disana kurang lebih selama satu tahun, tidak lama kemudian beiau menikah dengan Hj Maimunah putri Syeikh Said Bin Abu Bakar Basalamah, Selama berumah tangga beliau dikaruniai seorang putra yang menjadikan beliau sangat bahagia, kemudian pada hari ke tiga dari kelahiran putranya ini Syeikh Ali mebawa putranya kehadapan guru beliau Al Arif Billah Al Habib Ahmad Bin Abdullah Bin Tholib Al Athos Pekalongan, lalu Syeikh Ali berkata kepada guru beliau: “ Ya Sayyidi, saya telah dikaruniai seorang putra, kedatanganku kemari hendak meminta nama untuk putraku”. Kemudian sang guru membacakan surat Al Fatihah dan berdo’a untuk sang putra dengan do’a - do’a yang indah lagi penuh manfaat selanjutnya putra Syeikh Ali tersebut diberi nama Muhammad.
Usaha Syeikh Ali memperoleh seorang putra yang sholih diantaranya ditempuh dengan meminta do’a kepada guru beliau terbukti dan nyata bahwa putra beliau yaitu Syeikh Muhammad Basalamah menjadi seorang ulama besar untuk daerah Brebes, Tegal dan sekitarnya.
Ketika menuntut ilmu di Tarim Syeikh Ali menimba ilmu dari beberapa ulama besar yang masyhur kewaliyannya diantaranya kepada seorang yang sangat alim yaitu Waliyullah Al Arif Billah Al Allamah Al Habib Abdullah Bin Umar Assyathiri, kepada Al Wali Al kabir Al Allamah Al Arif Billah Al Habib Alwi Bin Abdullah Bin Syihab dan ulama - ulma besar lain yang ada di Negara Tarim. Setelah belajar ilmu di Tarim beliau pulang ke daerah kota Tegal mengajar dan menyebarkan ilmu, yang ketika itu dimulai dari masjid sang ayahanda yang bernama masjid Hajren. Pada bulan Rojab ditahun pertama beliau berda’wah beliau menerangkan tentang kisah isra’ mi’raj Rosulullah Saw di masjid Hajren yang ketika itu sangat banyak dipenuhi oleh pengunjung dan Syikh Ali menerangkan dengan sangat jelas sehingga para pengunjung merasa sangat bahagia dan betah.

Tidak lama kemudian beliau Syeikh Ali Bin Ahmad Basalamah hijrah     ( pindah ) ke kota Jatibarang Brebes sampai hari wafat beliau. Di Jatibarang ini beliau meneruskan da’wah dan mengajarkan ilmu di berbagai tempat terutama dikediaman beliau sendiri, dimasjid, mushola, sampai kepelosok - pelosok pedesaan dan daerah pegunungan. Dan sudah barang tentu banyak sekali orang yang menimba ilmu dari beliau, mulai dari kalangan para kyai, para ustadz lebih - lebih orang awam yang jumlahnya sangatlah banyak, sehingga banyak ulama, kyai dan para ustadz yang telah manimba ilmu dari Syeikh Ali Bin Ahmad Basalamah untuk kemudian diajarkan didaerah mereka masing - masing.
  Syeikh Ali Basalamah berda’wah mengajarkan agama selama kurang lebih lima puluh tahun dan sejarah hidup beliau tercatat hanya terisi dengan dua hal :
1.      Mencari ilmu dan
2.      Mengajarkan ilmu
Pada tahun 1368 H. atau tahun 1948 M. Syaikh Ali berangkat ibadah haji dan berziarah ke maakam Rasulullah SAW besama saudaranya Assyaikh Sa’id Bin Ahmad Basalamah, dan ketika ibadah haji ini beliau Syaikh Ali juga sempat menimba ilmu kepada ulama - ulama Makkah diantaranya kepada Assyaikh Al Alim Al Allamah Al Wali Al Kabir Al Arif Billah Assayyid Alawi Bin Abbas Al Maliki Dan Al Allamah Al Arif Billah Assayyid Husein Bin Muhammad Fad’aq serat ulama Makkah lainnya.
Beliau Assyaikh Ali adalah orang yang sangat cinta berda’wah agama dan memperluas ilmu, menunjukan manusia kepada masalah agama serta beribadah kepada Allah ta’ala. Dan sekarang da’wah beliau diteruskan oleh putera beliau Assyaikh Muhammad Bin Ali Basalamah, sepeninggal Assyaikh Ali beliau meneruskan da’wah agama diantaranya pada acara pengajian rutin Ahad yang didalamnya membaca beberapa kitab seperti ilmu fiqih, tauhid, hadits dan lain - lain, kemudian pada pengajian rutin setiap kamis kliwon, setiap saptu wage, rutin setiap rabu pahing dan rutin setiap senin pon yang jumlah pengunjungnya kurang lebih dihadiri oleh jama’ah dari 73 desa yang berasal dari kabupaten Brebes, Tegal dan Pemalang seperti kita saksikan bersama. Da’wah Assyaikh Ali tidak pernah berhenti, panggilan da’wah berbagai desa hampir setiap malam dari berbagai daerah, oleh karena itu kita sebagai muri - murid beliau sudah sewajarnya selalu mendo’akan Assyaikh Muhammad sekeluarga mudah - mudahan beliau dan keluargnaya senantiasa diberi kesehatan taqwa kepada Allah panjang umur dalam amal kebaikan dan diberi riski yang tidak menjadikannya disiksa.
Syaikh Ali banyak berwashiyat kepada para murid beliau untuk memperbanyak membaca sholawat dan salam kepada junjungan Rasulullah SAW karena Sholawat adalah salah satu perantara untuk menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat lebih - lebih menuju surgi yang penuh dengan keni’matan Amiin…
Beliau juga banyak berwashiyat kepada murid - muridnya untuk banyak membaca istighfar apalagi di zaman akhir seperti sekarang ini yang dosa digambarkan turun bagaikan hujan deras maka perlu banyak membaca sholawat dan istighfar untuk meraih ridho dan ampunan dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Dan pada tahun 1393 H. / 1973 M. Syaikh Ali berngakat ibadah haji untuk kedua kalinya.
Beliau Syaikh Ali adalah orang mengetahui banyak berita dan ahli dalam ilmu Fiqih, Tasfsir, Hadits, Nahwu, Tasawwuf dan ilmu - ilmu lain. Bahkan seorang murid beliau menjuluki beliua sebagai kitab berjalan pada masa beliau masih hidup, Syaikh Ali adalah orang yang sangat tawadhu’, dermawan, suka memenuhi hak - persaudaraan dan paling suka kedatang tamu.
Beliau Sayaikh Ali wafat menjelang waktu maghrib tahun 1399 H. / 1979 M. dan sebelum wafatnya beliau menjawab salam sebanyak tiga kali, dengan usia genap 80 tahun, demikianlah sekelumit dari sejarah kehidupan Syaikh Ali Basalamah.
Mudah – mudahan kita semua yang mendengarnya dihujani rohmat Allah ta’ala dan mendapat manfa’at serta ridho Allah ta’ala, dan mudah - mudahan termasuk golongan orang - orang yang cinta kepada para kekasih Allah, cinta kepada Rasulullah dan cinta kepada Allah subhanahu wa ta’ala sehingga insya Allah kita semua akan dikumpulkan bersama para auliya bersama Rasulullah besok disurga yang penuh keni’matan, dan mudah - mudahan Alah menggolongkan kita sebagai orang - orang yang mendapat barokah, selamat serta pertolongan dalam agama di dunia dan akhirat. Amin ya Robbal ‘Alamin……………. 





ABUYA ASSAYYID MUHAMMAD BIN ALAWI AL-MALIKI AL-HASANI AL-MAKKI


Abuya as-sayyid muhammad alawi al-maliki al-hasani adalah guru Abuya As-syaikh Soleh muhammad Basalamah pada saat belajar Di Mekkah Al-mukarromah,
Beliu (As-sayyid Muhammad) adalah Seorang Muhaddits (Pakar hadist) Yaitu orang yang megetahui dan mengafal banyak hadits berikut Sanad-sanadnya,
Beliau juga Seorang Keturunan Rasulullah S.A.W melalui Sayyiduna hasan,
As-Sayyid Muhammad Al-Hasani bin Alawi bin Abbas bin Abdul Aziz, dilahirkan pada tahun 1365 H. atau 1946 M. di kota suci Mekkah, dalam keluarga Al-Maliki Al-Hasani yang berasal dari Mahgrib MAROKO yang terkenal sebagai keluarga Sayyid yang melahirkan ulama tradisi. Bapak beliau adalah seorang ulama paling terkemuka di kota Mekkah sekaligus merupakan guru pertama dan utama beliau,
Beliau mengajar secara peribadi di rumah dan juga di Masjidil Haram dengan sistim HALAQAH, di mana beliau menghafal Al-Quran sejak kecil,
Beliau belajar dengan Ayah beliau dan diizinkan untuk mengajar setiap kitab yang diajarkan kepada beliau.

Keluarga Maliki merupakan salah satu keluarga yang paling dihormati dan paling terkemuka di Makkah baik dikalangan raja/amir atau dikalangan khusus dan telah melahirkan ulama-ulama besar di kota Makkah, yang telah mengajar di Makkah sejak lama. Lima orang dari keluarga as-sayyid Muhammad, telah menjadi Imam Mazhab Maliki di Haram Makkah. Datuk beliau, Al-Sayyid Abbas Al-Maliki, merupakan Mufti dan Qadhi Makkah dan khatib di Masjidil Haram. Beliau memegang jawatan ini ketika pemerintahan Utsmaniah serta Hashimiah dan kemudian terus memegang jawatan tersebut setelah Kerajaan Saudi diasaskan. Raja Abdul Aziz bin Sa’ud sangat menghormati beliau (As-sayyid Abbas). Riwayat Hidup beliau boleh dirujuk pada kitab "Nur An-Nibras fi Asanid Al-Jadd As-Sayyid Abbas" oleh cucunya As-Sayyid Muhammad Al-Maliki.
Ayah beliau pula As-Sayyid Alawi Al-Maliki merupakan salah seorang ulama Makkah Termasyhur di abad yang lalu, Beliau telah mengajar perbagai ilmu Islam terutama di Masjidil Haram selama hampir 40 tahun. Ratusan murid dari seluruh penjuru dunia telah mengambil faedah daripada beliau dari kuliah beliau di Masjidil Haram, dan banyak di kalangan mereka telah memegang jawatan penting agama di negara masing-masing.

Para Masyaikh yang memberikan As-Sayyid Muhammad ijazah-ijazah mereka merupakan ulama besar dari seluruh dunia Islam. Kita sebutkan sebahagian mereka:

Makkah

  • Ayah beliau yang alim dan guru beliau yang pertama, As-Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki
  • As-Syaikh Muhammad Yahya Aman al-Makki
  • As-Syaikh al-Sayyid Muhammad al-Arabi al-Tabbani
  • As-Syaikh Hasan Sa‘id al-Yamani
  • As-Syaikh Hasan bin Muhammad al-Mashshat
  • As-Syaikh Muhammad Nur Sayf
  • As-Syaikh Muhammad Yasin al-Fadani
  • As-Sayyid Muhammad Amin Kutbi
  • As-Sayyid Ishaq bin Hashim ‘Azuz
  • Al-Habib Hasan bin Muhammad Fad‘aq
  • Al-Habib AbdulQadir bin ‘Aydarus al-Bar
  • As-Syaikh Khalil Abd-al-Qadir Taybah
  • As-Syaikh Abd-Allah al-Lahji

Madinah

  • As-Syaikh Hasan al-Sha‘ir, Shaykh al-Qurra of Madinah
  • As-Syaikh Diya-al-Din Ahmad al-Qadiri
  • As-Sayyid Ahmad Yasin al-Khiyari
  • As-Syaikh Muhammad al-Mustafa al-Alawi al-Shinqiti
  • As-Syaikh Ibrahim al-Khatani al-Bukhari
  • As-Syaikh Abdulghafur al-Abbasi al-Naqshbandi

Hadramawt dan Yaman

  • Al-Habib Umar bin Ahmad bin Sumayt, Imam Besar Hadramawt
  • As-Syeaikh As-Sayyid Muhammad Zabarah, Mufti Yaman
  • As-Syeaikh As-Sayyid Ibrahim bin Aqeel al-Ba-Alawi, Mufti Ta‘iz
  • Al-Imam al-Sayyid Ali bin Abd-al-Rahman al-Habshi
  • Al-Habib Alawi ibn Abd-Allah bin Shihab
  • As-Sayyid Hasan bin Abd-al-Bari al-Ahdal
  • As-Syekh Fadhl bin Muhammad Ba-Fadhal
  • Al-Habib Abd-Allah bin Alawi al-Attas
  • Al-Habib Muhammad bin Salim bin Hafeez
  • Al-Habib Ahmad Mashhur al-Haddad
  • Al-Habib Abd-al-Qadir al-Saqqaf

Menurut Habib Abdurahman A Basurrah, wakil sekjen Rabithah Alawiyah yang lama mukim di Arab Saudi, di Indonesia di antara murid-murid Al-Maliki banyak yang menjadi ulama terkenal dan pendiri dari berbagai pesantren. Murid-muridnya itu antara lain:
  • Al-Habib Abdulkadir Alhadad, pengurus Al-Hawi di Condet, Jakarta Timur
  • Al-Habib Hud Baqir Alatas, pimpinan majelis taklim As-Shalafiah
  • Al-Habib Saleh bin Muhammad Alhabsji
  • Al-Habib Naqib Bin Syechbubakar yang memimpin majelis taklim di Bekasi
  • Al-Habib Novel Abdullah Alkaff yang membuka pesantren di Parangkuda, Sukabumi.
  • As-Syaikh Soleh bin Muhammad Basalamah
  • KH Ihya Ulumuddin yang memiliki pesantren di Batu, Malang. Demikian pula Pesantren Riyadul Solihin di Ketapang (Probolinggo), dan Pondok Pesantren Genggong, juga di Probolinggo.
  • KH Abdul Wahid Zuhdi, Wakil Rois Syuriyah PWNU Jateng
  • KH Abdurahman Nawi, yang kini memiliki tiga buah madrasah/pesantren masing-masing di Tebet, Jakarta Timur, dan dua di Depok.




ASSYAIKH SOLEH MUHAMMAD BASALAMAH
(MUDIRULMA'HAD)


Dari kecil dibimbing langsung oleh kakeknya As-syaik Ali bin Ahmad bin Abubakar Basalamah (Alumni RUBAT TARIM hadromaut) seorang ulama kharismatik dan wali min dari wali-walinya ALLAH.

  Pengalaman belajar yang beliau miliki sungguh tidak diragukan lagi, setelah lulus SLTP di Jatibarang, beliau melanjutkan pendidikan di YAPI Bangil, Pasuruan, Jawa Timur. Setelah itu beliau menjadi santri salah satu ulama terkemuka di dunia yaitu  Prof. DR.as-Sayyid Muhammad bin Alwiy al-Maliki al-Hasani Mekkah, yang dimulai pada tahun 1978 sampai 1986. Pada tahun 1994 beliau mengikuti “Tadribuddu’at al-Alamiyyah”, Training Dakwah Islam Internasional, di Universias al-Azhar Kairo Mesir. Pada tahun 2007 dan 2009 mengikuti Seminar Internasional tentang Tasawwuf dan Thariqah atas undangan Raja Muhammad as-Sadis dari Maroko.

  Selain dakwahnya yang lemah lembut beliau juga dikenal sebagai penulis yang sangat produktif, ketika diwawancarai oleh sebuah media islam keproduktifan beliau tentang dunia tulis menulis, dengan senyuman yang khas beliau menjawab bahwa itu hanya sekedar hobi. Sungguh sangat jarang sekali ada hobi yang bermanfaat bagi orang banyak seperti hobi yang dimiliki oleh Abuya As-syaikh Sholeh Basalamah. Diantara hasil tulisan beliau yang telah diterbitkan adalah:

1.      Tabungan Hari Akhirat (koleksi Hadits-hadits Amal)

2.      Pengantar Ilmu al-Quran

3.      Jurus-jurus Kehidupan (Pesan-pesan Moral)

4.      Detik-detik Penting Kehidupan Rasullulah Saw.

5.      Keampuhan Ayat-ayat Allah

6.      Keistimewaan Hari Jum’at     

7.      Sebaiknya Anda Tahu
8.    Perenan anak dalam menentukan kehidupan orang tua
9.    SEJUK di hari hari kiamat
Dan masih banyak lagi yang tidak bisa kami sebutkan baik yang telah dicetak atau yang masih dalam proses atau yang belum dicetak.

  Syekh Sholeh Basalamah adalah pengasuh Pondok Pesantren DARUSSALAM. Pesantren yang beralamatkan di Desa Jatibarang Kidul Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah.

Beliau merupakan pemuka tokoh ulama thoriqoh. Beliau mewari silsilah thoriqoh Tijaniyah dari ayah dan kakeknya.

Sekarang beliau disamping aktif sebagai Muqoddam/Mursyid Tijaniyah juga aktif sebagai Syuriyah PCNU Kabupaten Brebes. Diantara yang mengenal dekat dengan beliau adalah Maulana al-Habib M. Luthfi bin Yahya Pekalongan. Dulu Maulana al-Habib M. Lutfi bin Yahya lama berguru kepada kakek beliau yaitu As-Syaikh Ali bin ahmad Basalamah.

Basalamah itu marga Qobilah Arab (yang nasabnya sampai kepeda Sohabat Nabi SAW yang bernama: ABU QOID ASSOHABI BIN AMER BIN KA'AB) dari Hajrain Do'an Hadhramaut Yaman. Kebanyakan saat ini marga Basalamah di Indonesia berfaham al-Irsyad(satu klompok dari sekian banyak klompok WAHABI). Akan tetapi keluarga besar As-Syaikh Sholeh Basalamah termasuk diantara marga Basalamah yang tersisa atau langka yang tetap mengikuti faham para leluhurnya yaitu Aswaja (Ahlussunnah Waljama'ah) ala Nahdlatul Ulama.





AL-USTADZ ALI BIN AHMAD BASALAMAH
(WAKIL MUDIRULM'HAD)









   


Habib Ahmad Bin Hassan Al-Attas Salah Satu Asatidz Di Pondok Pesantren Darussalam


habib kelahiran Tegal, Jawa Tengah, 18 Mei 1984, ini. Anak kedua dari pasangan Habib Hasan bin Ahmad Alatas dan Huyay binti Mu­hammad Basalamah, yang asli Jati­barang, Brebes, ini memulai dakwah ke­tika menjadi ustadz pondok dan kemu­dian mengisi berbagai ta’lim di rumahnya dan sekitarnya.
Sejak kecil ia dididik agama oleh ke­dua orangtuanya, kemudian mengaji Al-Qur’an kepada Ustadz Selamat di desanya, kemudian melanjutkan pendi­dikannya ke Taman Pendidikan Al-Qur’an di Jatibarang, Brebes, pada sore hari, se­bab pagi hari bersekolah di Madrasah Ibti­daiyah Diniyah Darussalam di Jatibarang.
Setelah lulus dari madrasah ibtida­iyah pada 1995, ia melanjutkan belajar­nya ke madrasah tsanawiyah di PP Da­russalam. Baru kemudian, atas reko­mendasi pamannya, Syaikh Soleh bin Muhammad Basalamah, pada 1999, ia melanjutkan studinya ke PP Darul Lughah wa Da’wah di Pasuruan, Jawa Timur.
“Saya tidak hanya menempuh pendi­dikan aliyah, tetapi juga perguruan tinggi, sehingga mendapatkan gelar S.Pd.I. (Sarjana Pendidikan Islam) pada tahun 2008,” ujarnya.
Usai belajar dan berkhidmat di PP Darul Lughah, pada tahun 2009 ia pulang ke Jatibarang dan membantu pamannya, Syaikh Soleh Basalamah, untuk mengajar para santri di PP Darussalam Jatibarang. Selain mengajar, ia juga mengisi beberapa pengajian di kampung dan di desa.
Karena semakin banyaknya permin­ta­an untuk memberikan ceramah dan pengajian di kampung dan desa, jadwal mengajarnya dikurangi. Dulu setiap hari mengajar, sekarang hanya beberapa hari. Semua itu atas persetujuan paman­nya, sebab umat perlu juga mendapat­kan siraman ruhani, sedang tenaga mu­balligh masih terbatas.
Pada tahun 2010, Habib Ahmad Alatas melangsungkan pernikahan de­ngan Syarifah Nafisah binti Muhammad Al-Haddar, yang berasal dari Lumajang. Istrinya alumnus pondok pesantren yang diasuh oleh Habib Taufiq Assegaf Pa­suruan. Pada 25 Agustus 2011 telah la­hir anaknya yang pertama, Hasan bin Ahmad Alatas.
Setelah pulang dari PP Darul Lughah, pada pertengahan tahun 2009, ia diajak teman, Ustadz Ghazali, dari Desa Gu­malar Tegal, untuk membuka majelis. Ada empat lima anak yang diajar mem­baca wirid, kemudian dibacakan kitab hadits Fathul Qarib dari Sayyid Muham­mad Al-Maliki.
Pertama di rumah Ustadz Ghazali, kemudian diminta pindah di madrasah, dan jama’ahnya bertambah banyak. Ke­mudian berkembang lagi, tokoh masya­rakat di sana meminta pengajian itu di­pindah ke Masjid Mujahidin, Desa Gu­malar, setiap malam Sabtu, dua minggu sekali. Pengajian itu berlangsung hingga kini dengan jama’ah sekitar 120 orang.
”Sedang malam Sabtu dua minggu yang lain, saya mengisi pengajian di Masjid Nurul Yakin, Kersana Ketang­gung­an. Saya bacakan kitab Fawaidul Muhtaram karangan Habib Zain Baha­run, isinya nasihat-nasihat dalam ke­agamaan. Kitab itu diterjemahkan dalam bahasa Arab ke bahasa Indonesia ka­dang bahasa Jawa dengan diberikan pen­jelasan seperlunya. Jama’ahnya se­kitar 400 orang.”
Kemudian ia mengisi pengajian di Desa Kedung Sukun, Kabupaten Tegal, setiap Ahad Kliwon. Di sini dimulai de­ngan membaca Maulid Simthud Durar, kemudian diakhiri dengan mau’izhah ha­sanah. Pesertanya hampir berjumlah 200 orang.
Ada juga acara pengajian malam Rebo Paing, tempatnya berpindah-pin­dah sesuai dengan permintaan para ja­ma’ah. Biasanya berlangsung di Kabu­paten Tegal, karena sudah ada panitia yang menjadwalnya. Pengajian bisa di mushalla, masjid, rumah pribadi, mau­pun madrasah. Terserah pihak yang me­minta.
Habib Ahmad Alatas juga punya acara pengajian malam Ahad Kliwon di dua tempat, di Desa Klampok di daerah Pantura Tegal. Di sana dibacakan kitab Syarah Ratib Haddad.
Jum’at Pon di rumah Ustadz Marihin membaca Ratib Al-Aththas. Kamis Kli­won di Semboja, Kabupaten Tegal, juga membaca Ratib Al-Aththas. Kemudian setiap Ahad ba’da ashar di rumah Habib Ahmad Alatas di Jatibarang, yang di­hadiri sekitar 35 orang. Pengajian diisi dengan membaca Ratib Haddad, sya­rah Ratib Haddad, dan dibacakan kitab Masha’il Diniyah dengan penjelasannya, ditutup dengan membacakan kitab Sa­finatun Najah. Di rumah Habib Ahmad Alatas, setiap malam Ahad Legi, mem­baca Maulid Habsyi, dan dilanjutkan la­tihan hadhrah bagi anak-anak yang ber­minat. “Alhamdulillah, alatnya sudah leng­kap dan mereka cepat menangkap pelajaran, sehingga sudah bisa tampil di acara-acara pengajian,” tutur Habib Ahmad Alatas.
Acara membaca Maulid dan latihan hadhrah diikuti tiga grup hadhrah dari Kabupaten Brebes. Jadi hampir lima puluh persen dari sekitar 100 jama’ah yang hadir dan memegang rebana ada­lah pemain hadhrah. Tentu saja juga di­bacakan kitab keagamaan untuk mem­berikan siraman ruhani kepada para pe­muda itu.
Habib Ahmad Alatas masih punya kewajiban rutin, yaitu mengajar di PP Darussalam Jatibarang setiap Sabtu, Senin, Rabu, dan Kamis. Juga mene­rima tamu yang ingin berkonsultasi se­kitar masalah pribadi, sosial, dan bahkan masalah ekonomi. “Ya, saya tuntun dengan amalan, bacaan dzikir, dan tentu saja doa, semoga selesai masalahnya,” katanya.